Merajut Empati, Menapaki Jejak Sang Pembaru: Rihlah Inspiratif Santri MBS Klaten di Yogyakarta
- account_circle admin
- calendar_month Jum, 16 Mei 2025
- visibility 54
- comment 0 komentar

Yogyakarta – Rona antusias terpancar dari wajah 116 santri putra dan putri kelas IX Madrasah Tsanawiyah (MTs) Muhammadiyah Boarding School (MBS) Klaten saat menginjakkan kaki di Yogyakarta, 13-14 Mei 2025, santri Putra 13 Mei untuk santriwati 14 Mei. Bukan sekadar lawatan biasa, perjalanan ini dirancang sebagai oase inspirasi yang membawa mereka menelusuri jejak inklusivitas di Pondok Pesantren Darul Ashom (pondok pesantren tuna rungu) dan meresapi warisan perjuangan Muhammadiyah di Museum Muhammadiyah, Kampus 4 Universitas Ahmad Dahlan (UAD).
Kunjungan ke Pondok Pesantren Darul Ashom menjadi episode yang membekas di benak para santri. Interaksi yang terjalin dengan para santri tuna rungu membuka cakrawala pemahaman tentang arti kesungguhan dalam menuntut ilmu dan beribadah, melampaui keterbatasan fisik. Mereka menyaksikan langsung metode pembelajaran yang adaptif dan dedikasi para pengajar yang tanpa lelah membimbing. Pengalaman ini diharapkan menstimulasi empati dan menanamkan nilai bahwa setiap individu memiliki potensi untuk berprestasi. “Agar bisa menjadi inspirasi bagi para santri dalam belajar dan beribadah serta lebih bersemangat dalam berorganisai di Muhammadiyah,” ujar Ustadz M. Faiz Rofdli, M.Pd, salah satu pendamping rombongan, menekankan esensi kunjungan ini.

Selepas merajut kehangatan di Darul Ashom, perjalanan dilanjutkan menuju Museum Muhammadiyah. Di ruang pamer yang menyimpan artefak dan narasi sejarah, para santri diajak menelusuri jejak K.H. Ahmad Dahlan dan perkembangan Persyarikatan Muhammadiyah. Mereka melihat bagaimana gagasan pembaharuan pendidikan dan sosial yang digagas lebih dari seabad lalu, terus relevan hingga kini.
Kunjungan ini bukan sekadar napak tilas, melainkan upaya menumbuhkan rasa bangga dan tanggung jawab sebagai generasi penerus Muhammadiyah.

Lebih dari sekadar rekreasi edukatif, rihlah ini menjadi medium pembelajaran kontekstual yang kuat. Para santri tidak hanya mendengar teori di kelas, tetapi langsung menyaksikan implementasi nilai-nilai Muhammadiyah dalam kehidupan nyata. Interaksi dengan sesama yang memiliki keunikan dan penelusuran sejarah pergerakan diharapkan membentuk karakter inklusif dan memperkuat identitas mereka sebagai kader Muhammadiyah di masa depan. Pengalaman ini menjadi bekal berharga, menumbuhkan kesadaran bahwa berorganisasi di Muhammadiyah adalah bagian dari upaya menebar manfaat seluas-luasnya bagi umat.
(Fz/ian)
- Penulis: admin

